PERHATIAN : JIKA INGIN MEMBACA MULAILAH DENGEN بسم الله الرحمن الرحيم

Sabtu, 29 November 2008

Pria Andropause Lama Alami Ereksi

JANGAN terkejut jika Anda mengalami andropouse. Tidak hanya dorongan seksual akan menurun, tetapi Anda memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai ereksi Mr P. Kok bisa!

Menurut Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd, istilah andropouse digunakan bagi sekumpulan gejala dan keluhan yang dialami pria sebagai akibat menurunnya kadar hormon testosteron. Hormon testosteron adalah hormon yang sangat penting, tidak saja bagi pria melainkan juga bagi wanita. Hormon ini sering disebut hormon pria, padahal didapatkan juga pada wanita.

Ketua Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, ini menambahkan, hormon testosteron kerap juga disebut hormon seks, padahal fungsinya tidak hanya pada organ seks. Hormon testosteron juga berpengaruh besar bagi fungsi seksual pria dan wanita, terutama bagi dorongan seksual, ereksi penis dan klitoris, reaksi perlendiran vagina, dan sensasi orgasme. Tetapi hormon testosteron juga berperan penting bagi fungsi otak, otot, tulang lemak, pembentukan darah, dan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, kalau terjadi penurunan kadar testosteron, muncul gejala dan keluhan, yang pada pria disebut andropouse.

"Pada wanita, penurunan kadar hormon testosteron juga terjadi dengan bertambahnya usia. Tetapi pada wanita gejala karena penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan wanita memasuki masa menopause," jelas penulis buku "Seks yang Membahagiakan" ini.

Menurutnya lagi, penurunan kadar hormon testosteron pada pria menimbulkan beberapa gejala dan keluhan pada berbagai aspek kehidupan. Pertama, terjadi penurunan pada kenyamanan hidup secara umum, fungsi seksual, fungsi kognitif, volume sel darah merah, kekuatan otot, massa otot, dan daya tahan. Kedua, terjadi peningkatan massa lemak sehingga terjadi kegemukan di bagian perut, kejadian penyakit jantung-pembuluh darah, dan gangguan tidur.

Khusus mengenai fungsi seksual, terjadi keluhan dan gejala, seperti menurunnya dorongan seksual, memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai ereksi Mr P, memerlukan rangsangan langsung pada Mr P untuk mencapai ereksi, berkurangnya rigiditas (kekakuan) ereksi Mr P, berkurangnya intensitas ejakulasi, periode refrakter menjadi lebih lama.

"Periode refrakter ialah periode setelah pria mencapai orgasme dan ejakulasi sampai mampu kembali menerima dan berekasi terhadap rangsangan seksual. Keluhan seksual ini muncul karena menurunnya kadar hormon testosteron bebas, menurunnya metabolisme secara umum, proses degenerasi pada berbagai organ tubuh, dan meningkatnya nilai ambang terhadap hormon testosteron," tambahnya.

Cara lain yang lebih pasti untuk menentukan apakah seorang pria mengalami andropouse, katanya, dengan melakukan pemeriksaan melalui darah. Dengan pemeriksaan laboratorium dapat diketahui seberapa rendah kadar hormon testosteron.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, dokter akan memberikan pengobatan hormon untuk mengganti hormonnya yang berkurang itu," lanjutnya.

Pengobatan hormon testosteron pada pria yang mengalami andropouse pada dasarnya aman dan tidak menimbulkan akibat buruk, asal diberikan secara profesional. Pengobatan secara profesional berarti diberikan sesuai dengan kondisi yang tepat, dosis yang benar, dan tidak ada kondisi yang merupakan kontra indikasi. Kontrol yang teratur tetap harus dilakukan, meliputi pemeriksaan kelenjar prostat.

"Pengobatan hormon testosteron sama sekali tidak boleh diberikan pada pria yang mengalami kanker kelenjar prostat. Karena itu sebelum memberikan pengobatan hormon testosteron, dokter harus memastikan bahwa tidak ada kanker prostat melalui pemeriksaan fisik dan diduking oleh pemeriksaan laboratorium. Ada beberapa pilihan pengobatan hormon testosteron, yaitu pil, suntikan, susuk di bawah kulit, dan krim. Setiap cara pengobatan ini punya kelebihan dan kekurangan," pungkasnya.

0 komentar:

friendster aanDZ kebidanan x-template.blogspot.com