PADA dasarnya, aktivitas seksual sama dengan olahraga. Artinya, kerja jantung menjadi lebih berat untuk memompa darah lebih cepat.
Kuncinya adalah perhatikan keadaan dan fungsi jantung sebelum berhubungan intim. Hubungan seks harus diakui merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan suami istri. Ditilik kembali hakikat hubungan seks mempunyai dua fungsi sebagai prokreasi dan rekreasi.
Fungsi prokreasi bertujuan untuk membuahkan keturunan, yakni dilakukan saat masa subur. Sebaliknya, hubungan intim yang dilakukan di luar masa subur hanyalah rekreasi. Baik prokreasi dan rekreasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu menciptakan hubungan seks yang sehat dan indah.
Sejatinya, hubungan intim bukan sekadar bumbu namun warna bagi keharmonisan rumah tangga. Bagi Anda yang telah divonis menderita penyakit jantung, kehidupan seks tidak lantas berakhir. Hubungan intim antara Anda dan pasangan masih bisa dinikmati, asal mematuhi trik dan rambu-rambunya.
Tentu saja kondisi tubuh setiap individu tidak sama. Bila diduga jantungnya bermasalah, tidak ada salahnya untuk memastikan terlebih dulu ke dokter jantung. "Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyakit jantung yang diderita. Dengan tes treadmill akan diketahui tingkat derajat penderita jantung," ungkap Tim Penyuluh dari RS Telogorejo, Semarang Agung Sudarmanto, beberapa waktu lalu.
Tingkat derajat penyakit jantung terbagi dalam tiga tahap. Penderita yang didiagnosis berada dalam tahap satu terlihat kondisinya terengah-engah akibat kecapekan saat berolahraga.
Beralih ke tahap kedua ditunjukkan dengan napas tersengal-sengal saat berbicara. Tahap terakhir termasuk berat yakni tahap ketiga adalah saat berjalan terasa berat. Selain dicek kondisi kesehatan, penderita jantung akan diberi penjelasan.
Termasuk melakukan aktivitas seksual seperti orang normal, perlu ada pembatasan atau bahkan tidak boleh sama sekali. Pengecekan yang dilakukan bertujuan meminimalisasi hal yang tidak diinginkan termasuk meninggal. Serangan jantung bisa saja terjadi saat berhubungan intim.
Pasalnya, akibat sumbatan di pembuluh darah jantung tidak mendapat suplai oksigen yang cukup. Alhasil, jantung tidak mampu melakukan tugas sebagaimana mestinya. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menyarankan untuk melakukan hubungan intim secara teratur.
Berkaitan dengan intensitas, tergantung dari kondisi jantung pasangan yang mempunyai penyakit jantung. Idealnya, hubungan intim setiap dua hari sekali. Diibaratkan aktivitas lainnya, jika dilakukan secara rutin dan teratur akan membuat orang terbiasa. Sehingga tidak menimbulkan ketegangan yang menyebabkan jantung terpacu lebih cepat dan berakibat fatal.
"Saat frekuensi hubungan intim teratur sehingga dilakukan secara terkontrol dan tidak terlalu menggebu-gebu," saran Agung. Kendati aman, penderita jantung mempunyai keterbatasan dalam mengeksplorasi gaya berhubungan intim. Pada intinya, gaya yang tidak menyedot tenaga berlebihan dinilai aman untuk diterapkan.
Komunikasi antar pasutri memegang peranan penting untuk meredam konflik rumah tangga. Artinya, salah satu pasangan tidak boleh menuntut berlebihan pasangan lainnya, bila pasangan tidak mampu memuaskan. "Seseorang yang melakukan hubungan intim harus dalam keadaan rileks," pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar