PERHATIAN : JIKA INGIN MEMBACA MULAILAH DENGEN بسم الله الرحمن الرحيم

Minggu, 12 Oktober 2008

Tips Bercinta Yang Akhlaqul Karimah

BERCINTA bagi seseorang yang telah menjalin tali kasih sayang boleh-boleh saja asalkan tidak melanggar norma-norma agama dan susila. Bukankah Allah SWT juga menciptakan setiap insan untuk hidup saling berkasih sayang? Benar demikian, namun hendaknya bagi mereka yang bercinta untuk tetap mematuhi rambu-rambu yang sudah digariskan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat ar-Rum ayat 21. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia menciptakan istri-istri bagimu dari kalangan kamu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan dilaksanakan-Nya cinta kasih sayang antara kamu. Sungguh, hal yang demikian adalah tanda-tanda bagi orang yang berfikir.”

Di dalam ajaran Islam juga telah digariskan tentang akhlak yang baik untuk merealisasikan percintaan seorang lelaki dan perempuan. Terdapat tiga hal percintaan yang perlu diperhatikan orang Islam dalam rangka memelihara kesucian cinta, terutama agar tidak dicemari oleh unsur-unsur maksiat dan hal-hal yang dapat membawa kepada kemurkaan Allah. Tiga hal tersebut masing-masing adalah cinta sebelum perkawinan, cinta selepas bertunangan dan cinta setelah perkawinan.

1. Bercinta Sebelum Nikah

Bercinta sebelum perkawinan adalah cinta yang terjadi karena pergaulan sehari-hari dengan individu yang mempunyai kesamaan dari segi cita rasa, peribadi, minat dan cara hidup. Adakalanya percintaan yang dilakukan adalah cinta karena pandangan pertama yang terjadi secara tiba-tiba, dan juga percintaan yang telah dibina secara intens melalui pertemuan dan gaul. Percintaan sebelum perkawinan biasanya tidak digalakkan dalam Islam, karena dikhawatirkan dapat menjerumuskan seseorang ke ajang maksiat dan lupa segalanya. Meskipun demikian, jika percintaan itu mempunyai tujuan suci, yaitu untuk membawa ke jenjang pelaminan dan ikatan yang sah, maka haruslah menjaga dan memelihara perkara-perkara sebagai berikut:

  1. Menjaga batas-batas bergaul dengan tidak menyentuh tubuh masing-masing, tidak membuang waktu berjam-jam hanya untuk bertelefon atau membual tak karuan, dan tidak menjadikan pergaulan mereka seperti layaknya suami isteri yang sudah nikah. Harus sadar dan merasa malu karena mereka berdua masih belum mempunyai hak atas satu sama lainnya.
  2. Menghormati martabat dan harga diri masing-masing, dalam kata lain tidak membenarkan diri berdua-duaan dengan bermesra-mesraan, karena orang yang ketiga adalah syaitan. Di samping itu tidak berhias-hias atau menampakkan perhiasan di hadapan kekasih karena dikhawatirkan dapat menaikkan syahwatnya. Sebaiknya ketika melakukan pertemuan hendaklah melibatkan muhrim (ibu atau bapak) yang mengawasi tingkah laku mereka.
  3. Mendapat restu dan izin dari ibu dan bapak adalah faktor utama percintaan sebelum perkawinan. Restu dari ibu bapak memudahkan proses pertunangan dan pernikahan yang akan berlangsung sebagai realita cinta. Ibu bapak harus memainkan peranan dengan memastikan anak-anak tidak melupakan tanggungjawab pribadi dan batasan akhlak serta ajaran agama semasa bercinta.
  4. Berdoa dan menunaikan shalat hajat supaya percintaan yang dimiliki akan diridhai dan diberkati Allah. Bermohon kepada Allah supaya cinta itu dapat membawa kepada kesempurnaan pribadi dan kesempurnaan agama dengan mendirikan rumah tangga dan memelihara kelangsungan cinta itu.
  5. Senantiasa melakukan shalat Istikharah untuk meneguhkan hati supaya orang yang dicintai itu adalah yang terbaik untuk menjadi pasangan hidup hingga ke akhir hayat. Janganlah mencintai seseorang karena harta, rupa atau keturunannya, tetapi cintailah dia karena agama dan kemuliaan akhlaknya. Shalat istikharah membantu supaya individu yang bercinta itu tidak menyesal dengan pilihannya dan dia wajib mengarahkan percintaannya itu untuk mendirikan rumah tangga yang terpelihara. Sekiranya dia bercinta tanpa niat untuk berumah tangga tetapi sekadar ingin bermain-main dan bersuka ria, maka percintaan itu adalah penipuan dan setiap perbuatan ke arah itu mencetuskan dosa dan kemurkaan Allah.

Setiap perbuatan cinta seperti menyentuh kekasih, bersalaman, berpelukan dan bercanda adalah dilarang sebelum perkawinan. Sebagai hamba Allah yang takut kepada kemaksiatan dan kehinaan hidup di dunia, pasangan kekasih hendaklah merasa malu untuk memamerkan ‘cinta terlarang’ mereka karena belum lagi diikat oleh tali perkawinan yang diperbolehkan oleh syara’. Tetapi sebaliknya, apabila diikat dengan ikatan perkawinan yang sah, perbuatan-perbuatan itu mendatangkan pahala dengan syarat suami isteri itu berusaha untuk menjaga batasan akhlak dan kesopanan tingkah laku apabila berada di khalayak ramai.


2. Bercinta Setelah Bertunangan

Kebanyakan orang yang bercinta menyimpan hasrat untuk mempertahankan cintanya hingga ke jenjang pelaminan. Bertunangan adalah cara yang dilakukan untuk menyempurnakan janji kawin. Hal itu merupakan tanda pengabadian cinta yang suci dan tulus. Cinta dalam pertunangan besar ujiannya karena godaan dan cobaan yang datang dari pelbagai pihak mampu merubah hati dan pendirian pasangan. Orang yang bertunangan dikatakan ‘berdarah manis’ karena mudah terjebak oleh gangguan perasaan dan tergoda oleh berbagai cobaan. Oleh sebab itu pertunangan tidak digalakkan untuk waktu yang lama. Malah ia tidak perlu diramaikan kepada semua orang karena dikhawatirkan pasangan itu berubah dan tidak jadi melangsungkan perkawinan.

Bertunangan berbeda dengan kawin. Bertunangan adalah sekedar ikatan janji tetapi belum diteguhkan oleh akad yang menghalalkan segala hubungan antara lelaki dan perempuan. Bertunangan adalah waktu usai kenal bukan waktu memadu asrama. Maka orang yang sedang bertunangan tidak boleh melanggar batas-batas agama karena mereka masih belum ‘halal’ untuk sentuh-sentuhan, cium-ciuman dan sebagainya. Pihak lelaki perlu menyadari mereka belum lagi menjadi suami, begitu juga pihak perempuan belum bergelar istri. Maka berhati-hatilah dalam pergaulan karena syaitan senantiasa menjadi orang ketiga yang tidak jemu menggoda dan mencoba merusak cinta yang terbina.

3. Bercinta Setelah Nikah

Allah menggariskan cinta setelah pernikahan sebagai yang terbaik dan sumber segala kesenangan serta kasih sayang sebagaimana yang dinyatakan di dalam Quran ayat 21 surah ar-Rum. Cinta setelah pernikahan adalah cinta yang diridhai dan dituntut oleh ajaran Islam. Cinta seharusnya tumbuh mekar setelah pasangan suami istri itu mendapat mandat yang agung untuk bercinta melalui ikatan yang sah dan diizinkan oleh agama juga anggota masyarakat. Bagi menyuburkan cinta setelah pernikahan, maka pasangan suami istri haruslah menghormati hak-hak dan tanggungjawab kepada yang dicintai dengan penuh kecintaan dan kasih sayang. Diantara cara-cara untuk menyuburkan rasa cinta itu sebagai berikut:

  • Membuktikan cinta melalui ketaatan, kasih sayang, pengorbanan dan kesungguhan memuliakan pasangan dan rumah tangga yang dibina. Pasangan suami istri senantiasa saling hormat-menghormati, menghargai perasaan dan tutur kata, senantiasa mendoakan kesejahteraan keluarga dan berusaha memelihara amanah dan janji yang dibuat.
  • Melahirkan keturunan sebagai bukti cinta yang terjalin. Sekiranya ditakdirkan tidak mempunyai keturunan, suami hendaklah bersabar dan tidak terburu-buru untuk nikah lagi. Seharusnya usaha dilipatkan gandakan untuk mendapatkan keturunan baik secara tradisional maupun secara medis. Sekiranya tidak berhasil, bolehlah mengambil anak angkat sebagai langkah alternatif.
  • Mengasihi dan menghormati keluarga pasangan suami istri. Bagi mewujudkan keluarga yang harmonis, hubungan kedua belah pihak hendaklah dijaga dan dipelihara sebaik mungkin. Sesekali, hadiah dapat dijadikan penghubung kasih-sayang dan tidak lupa untuk bertanya khabar sekiranya tidak berkesempatan untuk mengunjungi keluarga yang jauh.
Akhirnya, insan yang beriman sering kali meletakkan sandaran yang kuat dan kukuh kepada Allah. Maka, dalam soal percintaan, sering kali mereka bersikap tenang dan menyerah diri kepada ketentuan Allah. Ini adalah karena mereka yakin cinta datang dari Allah dan hanya Dia-lah yang dapat menganugerahkan atau menghapuskan cinta itu. Allah adalah Pencipta segalanya termasuk cinta, dan setiap penciptaan-Nya ada tanda-tanda dan sebab musababnnya, namun sering kali ini tidak dicoba difahami oleh manusia pada umumnya.

0 komentar:

friendster aanDZ kebidanan x-template.blogspot.com